Ki H Manteb Soedharsono – GADA INTEN
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Beberapa hari lalu, saya berkesempatan bertemu dengan tokoh-tokoh muda hebat berdedikasi tinggi dalam sebuah perhelatan yang terbilang “wingit” di Monumen Jaten Karanganyar. Acara yang bertajuk Wisata Budaya itu dihadiri oleh pemerhati, pelaku dan pecinta wayang seluruh Indonesia dari berbagai kalangan dan profesi., yang tergabung dalam PSMS (Pecinta Sejati Manteb Soedharsono”oye”).
Dalam perbincangan singkat saya dengan Mas Nanang HP , Mas Gamblang dan beberapa rekan lain, terbukalah mata saya tentang apa yang disebut dengan “sanggit”. Dan berbicara sanggit, masing-masing dalang memilikinya, tetapi menghubungkan sanggit dengan “pakem” sehingga ada benang merahnya, tidak banyak daalang yang mampu melakukannya. Menurut mereka, Pak Manteb adalah satu dari yang sedikit itu. Postingan kali ini saya peresembahkan khusus untuk insan berdedikasi tinggi, PSMS teriring salam hormat dan salut untuk mereka.
Menyimak pekeliran Ki H Manteb Sudharsono, selalu saja ada yang baru. Kendati merupakan lakon carangan, tetapi selelu ada benang merah dengan pakemnya. Ini menjadikan “sanggit” Pak Manteb tersasa realistis. Disamping itu, dialog yang dikembangkan terdengar “masuk akal” dan menarik unumtuk diikuti. Dan yang tidak kalah penting adalah pengambilan judul yang merangsang rasa penasaran kita, seperti halnya yang saya posting saat ini, Gada Inten.
Diawali dari pendhapa agung Negara Astina, tidak seperti biasanya Prabu Duryudana yang pesimis bakal bisa menang di Perang Baratayudha. Kali ini Duryudana dengan sangat realistis melihat kenyataan bahwa Kurawa Bisa memenangkan Baratayudha. Bukan saja karena materi prajurit yang lebih lengkap, tetapi Jugga Dukungan Prabu Manikmaninten, Raja muda kerajaan Parangrukmiyang dengan sukarela akan membantu Kurawa.
Duryudana sengaja menggelar Sidang khusus dengan dihadiri banyak tokoh ini, karena beberapa waktu lalu dia menerima surat dari Amarta, bahwa Prabu Puntadewa akan mengirimkan dutu yang khusus membahas kembalinya Negara Astina kepada Pandawa.
Yang menjadi masalah Bagi Prabu Duryudana bukanlah bagaimana menjawab dan menghadapi pertanyaan Duta Pandhawa ini, tetapi tokoh yang akan mewakili Pendhawa. Raja Astina pantas bergeming karena kali ini duta Pandhawa adalah Bambang Wisanggeni, putera Arjuna dengan Dewi Dresanala yang kita sem8ua sudah tahu bagaimana karakternya.
Wisanggeni adalah satu dari sedikit Ksatria amarta yang mempersetankan unggah-ungguh. Dia berpembawaan lugas, jujur, dan tanp0a basabasi, disamping –tentu saja- memiliki kesaktian yang luar biasa. Itu artinya Cuma ada dua pilihan bagi Duryudana, menyerahkan astina atau ambil resiko melawan Wisanggeni. Itulah sebabnya, maka kehadiran Prabu Manikmaninten sungguh merupakan harapan baru bagi Duryudana.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana Pak Mateb mengembangkan cerita yang hampir buntu ini? Ya saya sebut buntu karena, dengan Wisanggeni diberikan ‘purbawasesa” untuk menyelesaikan gugatan Amarta atas bumi Astina, sama saja dengan merebut Astina dari Prabu Duryudana. Apa susahnya bagi Wisanggeni? Tetapi berhasilkah dia? Jawabnya pasti ; Tidak. Tetapi bagaimana mungkin? Itulah yang dinamakan “sanggit”
Nah untuk melihat “sanggit” pak Manteb dalam menempatkan tokoh sekelas Wisanggeni tidak berhasil menjadi duta pamungkas bagi Pendhawa, inilah jawabnya, Gada Inten.
- Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 1a
- Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 1b
- Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 2a
- Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 2b
- Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 3a
- Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 3b
- Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 4a
- Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 4b
- Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 5a
- Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 5b
- Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 6a
- Ki H Manteb Soedarsono- Gada Inten 6b
Iklan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar