Kethoprak Mataram – Kamandaka Lutung Kasarung


Cukup lama saya tidak posting kethoprak. Rindu juga rasanya. Tetapi untuk mendapatkan materi kethoprak klasik gaya mentaraman nampaknya tak mudah pula. Saya berusaha mendapatkan file dengan berbagai cara, termasuk membeli kaset baru. Tak terasa, hampir semua judul di toko langganan saya sudah saya beli dan selesai convert.
Saya coba memilih lakon untuk saya upload, dari beberapa yang sudah saya miliki tetapi belum sempat saya unggah di blog ini. Salah satu dari banyak lakon wajib yang menjadi andalan group kebanyakan kethoprak pada masa jayanya, adalah Kamandaka Lutung Kasarung. Cerita ini menarik karena menggabungkan antara unsur legenda, humor dan romantisme. Disamping jalan ceritanya yang sudah banyak dikenal. Dikenalnya sebuah lakon kethoprak justru menarik untuk dipentaskan karana penonton ditantang untuk bias memberikan apresiasi secara awam. Maka pilihan saya jatuh pada lakon ini.
Ada dua versi lakon Kamandaka Lutung Kasarung yang ada di hard disk saya. Yang pertama, versi rekaman studio. Lakon ini kelihatan lebih tertata tapi terasa kurang menggigit karena terikat dengan running play. Versi yang kedua, adalah versi rekaman pentas. Sebenarnya versi ini lebih menarik karena keleluasaan tiap pemain untuk berimprovisasi. Bungsu Ciptarasa, misalnya. Kendati bukan Bu Marsidah yang memerankan, tetapi kenes dan manjanya jutru lebih menarik Juga adegan roman antara Raden Kamandaka dan Ciptarasa, di versi panggung terlihat lebih hidup. Sedangkan di versi rekaman studio, terasa Bu Marsidah kurang optimal memerankan putrid bungsu adipati Kandhandaha. Dari spek cerita, versi studio terlihat kurang lengkap kendati (seperti saya katakana tadi) lebih runtut. Maksud hati ingin mengunggah versi panggung, tetapi saying file yang saya miliki tidak lengkap. Maka tanpa mengurangi nilai dan maknanya, saya mengangkat versi rekaman studio sebagi obat kangen anda pada kehebatan Keluarga Kethoprak Mataram Kodam VII Diponegoro dibawah pimpinan Bagong Kussudiharjo.
Cerita dimulai pada keinginan Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran untukmenyerahkan tampuk pemerintahan kepada Raden Banyak Tatra, pangeran pati pajajarn yang tampan dan sakti mandraguna itu. Berbagai persyaratan untuk menjadi seorang raja sudah dimiliki oleh Sang Pangeran tampan ini, kecuali satu hal, calon permaisuri. Ya, itulah kelemahan yang menurut Prabu Siliwangi harus ditutup oleh Banyak Tatra untuk bisa menduduki tahta Kerajaan Pajajaran. Raden banyak Tatra diberikan kesempatan untuk mencari calon permaisuri tetapi diupayakan bisa memiliki watak dan kecantikan seperti Dewi Kumudaningsih, yang tak lain adalah ibu tiri Banyak Tatra sendiri.
Atas petunjuk Begawan Wirangrong, pendeta sakti dari Gunung Tangkuban Perahu, Raden Banyak Tatra diminta untuk memulai perjalanan di Kadipaten Pasir Luhur. Menurutnya, disanalah perempuan yang memenuhi persyaratan untuk menjadi pendamping Pangeran Banyak Tatra bisa ditemukan.
Adalah Adipati Kandhandhaha, Penguasa Kadipeten Pasirluhur. Ia memiliki 25 orang puteri yang 24 diantaranya telah menikah. Tinggal satu orang yang sampai saat ini belum memiliki pendamping. Putri tersebut bernama Bungsu Ciptarasa. Puteri inilah yang menurut Begawan Wirangrong layak menjadi calon permaisuri Sang Pangeran.
Alih-alih untuk menguji kesetiaan sang putrid, Begawan Wirangrong meminta Pangeran Banyak Tatra untuk menyamar menjadi rakyat jelata dan memulai pengabdian di rumah Patih Reksanata, Patih Pasir Luhur dan mengganti namanya menjadi Kamandaka.
Kamandaka diterima mengabdi di kepatihan sekaligus diambil anak pungut oleh Patih Reksanata. Kendati cuma sebagai anak pungut, tetapi kasih sayang Patih Reksanata kepada Kamandaka sangat besar. Pada saatnya nanti, Kamandaka diharapkan bisa mengabdi kepada Adipati Kandhandaha.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANDIWARA RADIO TUTUR TINULAR

Smadav Pro Terbaru 2019 Rev 13.3 Full Serial Number (Update)

Cara Meyakinkan Orang Lain Agar Percaya Kepada Anda